ads

Senin, 31 Mei 2010

Fakultas Psikologi UIN buka pendaftaran

Kampusiana - Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membuka kembali pendaftaran untuk tahun ajaran 2010-2012. pendaftaran ini dilakukan melalui 5 cara; UMB-PTN, SNMPTN, PMDK dan SPMB-PTAIN. Sampai dengan hari ini (31/05), tanggal pendaftaran yang masih terbuka untuk diikuti adalah melalui SPMB Mandiri (11 May - 2 Juli 2010) dan SPMB-PTAIN yang baru akan dibuka pendaftarannya pada tanggal 14 sampai dengan 30 Juni 2010

Fakultas Psikologi UIN Jakarta didirikan pada tahun 1995 sebagai program studi dan pada tahun 2002 menjadi fakultas. Psikologi menjadi fakultas umum pertama di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah diakreditasi oleh BAN-PT.

Pendaftaran dapat dilakukan jika telah memenuhi syarat syarat seperti Foto Copy Ijazah, Nilai Ujian Nasional, dan Ujian Sekolah yang telah dilegalisir, Pas Photo 2x3, 3x4, 4x6  masing masing 4 Lembar, mengisi formulir pendaftaran dan membayar biaya pendaftaran sebesar 300.000,- melalui bank yang telah ditentukan. (info lengkap di http://www.uinjkt.ac.id) biaya semester pertama sebesar 2100.000,- dan semester selanjutnya sebesar 1475.000,-

pic source : pan photography

Jumat, 12 Maret 2010

Sekulerisme, Liberalisme dan Pluralisme Adalah Solusi Bagi Indonesia.

Bedah Buku Membela Kebebasan Beragama.


Tangerang, Lekompress - Laboraturium Filsafat Islam dan Tasawuf (Labfit) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) UIN Jakarta berkerjasama dengan Universitas Paramadina menggelar diskusi dan bedah buku “Membela Kebebasan Beragama”, Rabu (10/3) lalu. Acara yang bertempat di ruang teater lt. 4 FUF ini menghadirkan Cendikiawan Muslim Media Fauzul A., Ketua Labfit Nanang Tahqiq, dan Budhy Munawar Rachman (Editor).

Buku terbitan Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF) ini memuat percakapan dengan 70 tokoh muslim di Indonesia, membahas kebebasan beragama di Indonesia dan permasalahannya. Ide dasar buku ini, sebagaimana diutarakan Bhudy dalam pengantar buku, yang dibagikan gratis dalam cetakan terpisah adalah, Indonesia merupakan negara yang sangat majemuk dengan aneka ragam suku, bangsa, budaya dan agama. Ini bisa menjadi berkah jika dihargai dan menjadi modal untuk kemajuan bangsa Indonesia. Sebaliknya akan menjadi musibah berupa konflik dan semacamnya, manakala diabaikan dan dipaksakan menjadi tunggal.

Konflik biasa terjadi lantaran satu kelompok menganggap kelompok lain bermasalah, menyimpang atau sesat. Tapi hal ini takkan terjadi tanpa ada pemicunya.

Budhy juga mengatakan, salah-satu pemicu konflik di Indonesia ialah fatwa-fatwa MUI, misalnya pengharaman sekulerisme, pluralisme dan liberalisme. Fatwa ini memang tidak mempunyai kekuatan secara hukum di negara kita. Namun dampak politisnya, memperkeruh kehidupan berbangsa di tanah air kita, yang sebelumnya berjalan cukup harmonis.

Fatwa MUI jelas melanggar basis-basis moral keislaman universal karena tampak ekslusif, tidak pluralis dan cenderung diskriminatif. Akibatnya terjadi pembenaran terhadap anarkisme, seperti penganiayaan terhadap pemeluk Ahmadiyah, tragedi monas, penutupan-penutupan gereja dsb.

Keragaman dan kemajemukan adalah fakta tak terelakkan di negeri ini. Hal itu tak akan mengarah pada perkembangan yang baik tanpa trilogi sekularisme, liberalisme dan pluralisme. Sayangnya, MUI memberi definisi sendiri yang beraroma negatif. Misalnya, liberalisme ditafsirkan berfikir sebebas-bebasnya kemudian meninggalkan agama. MUI juga mengharamkan sekulerisme, liberalisme dan pluralisme dengan anggapan para pembela trilogi ini menjadikan agama hanya urusan akhirat belaka.

Di sini Bhudy menjelaskan, sekulerisme adalah pemisahan secara relatif antara agama dan negara. Hal ini diupayakan agar tak ada dua kekuatan yang berkolaborasi menjadi negara agama atau agama negara. Sebab resikonya sangat tinggi, yakni timbulnya otoriarian kekuasaan yang sangat kuat. Dalam sejarah, baik Islam maupun Eropa, hal ini telah menimbulkan pengalaman traumatis. Inti sekulerisme adalah demokrasi, dan inti demokrasi adalah tidak dimungkinkannya satu bidang ke semua bidang lainnya. Semenatara demokrasi hanya bisa berkembang, kalau masyarakatnya liberal.

Memang banyak kritikan keras terhadap liberalisme. Tapi sebenarnya yang dimaksud dari liberalisme yaitu suatu perlindungan terhadap hak-hak dan kebebasan sipil. Karena itu liberalisme amat dibutuhkan, termasuk dalam pemikiran agama. Dengan liberalisme, kesehatan dan keseimbangan agama akan terjaga. Sebab, berfikir liberal, rasional dan kritis merupakan cita-cita yang tak bisa dinafikan.

Sementara itu, pluralitas merupakan bibit perpecahan. Karena itu, diperlukan sikap toleran, keterbukaan dan kesetaraan. Itulah inti gagasan pluralisme. Pluralisme memungkinkan terjadinya kerukunan dalam masyarakat, bukan konflik.[MSW]

Konser Tunggal Postar Jilid III

Tangerang, Lekompress- Untuk kali ketiga, Pojok Seni Tarbiyah (Postar) menggelar konser tunggal Rabu (10/3) malam lalu. Agenda tahunan Lembaga Semi Otonom (LSO) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang tersebut mengambil tema, “Seni Untuk Jiwa”.

Pada kesempatan ini, Postar menampilkan seluruh hasil kreativitasnya seperti, Band Performance, Tari Saman, Pentas Teater dan sebagainya. Di di tepi lain, ada pula Karawitan Jawa, serta yang baru di-launching malam itu juga, yakni Degung Sunda.

Dalam sambutannya, Pudek III FITK mengungkapkan, Postar adalah kumpulan para BOS (Bukan Orang Sembarangan). Lembaga ini menjadi salah-satu keunggulan Fakultas Tarbiyah dibanding fakultas lain di UIN. “Dengan Postar, mari kita tunjukkan bahwa mahasiswa bisa mengembangkan kreativitas tanpa mengorbankan kuliahnya,” ajak Pudek III FITK.[MSW]